Jumat, 24 Desember 2010

AYO MENANAM

AYO MENANAM


Sabtu sore saya ke samping rumah. Rasa gembira dan syukur tak terkira saat memetik oyong (gambas-Jawa) yang panjangnya sekitar 50 cm. Oyong itu menggelantung hampir menyentuh tanah. Ini oyong pertama yang kami panen. Suami yang menanamnya sekitar tiga bulan lalu. Selain oyong, ada cabe, terong, melon dan lain-lain. Hampir tiap hari anak-anak menengoknya. Mereka jadi ‘pengamat’ tanaman-tanaman itu dan tentu saja bertanya segala hal tentang tanaman-tanaman itu. Anak-anak melihat mulai benihnya disemai, berbunga, pentil hingga bisa dipetik. Akhirnya tibalah saat menikmatinya. Agar bisa menikmati oyong itu lebih lama, oyong itu dimasak separuh saja. Dicampur bayam, jadi sayur bening. Esoknya dibikin sup dengan bakso dan soun. Anak-anak suka sekali, padahal sebelumnya sulit makan sayur. Kami sekeluarga gembira dan puas menikmati sebuah oyong itu. Sebuah oyong bisa memunculkan kepuasan batin dan kegembiraan sedemikian rupa. Apalagi bila cabe, terong, tomat, melon, pepaya, jeruk dan pisang itu tiba waktu memetiknya. Suami juga bahagia hasil jerih payahnya bisa menyenangkan kami sekeluarga.
Selain sebuah oyong yang baru dipetik, masih ada berpuluh-puluh oyong yang seminggu lagi siap panen. Sudah terbayang oyong-oyong itu nanti untuk dibagi ke tetangga dan teman. Juga terbayang uang sekian ribu rupiah bisa dihemat.
Sebelumnya saya terkesan dengan berita di harian nasional yang memuat Menteri Pertanian Bapak Anton Apriantono yang rajin menanam buah dan sayur di rumahnya. Saya terinspirasi sehingga lebih giat menanam. Sekarang tidak ada lahan yang kosong. Tanaman-tanaman juga memenuhi aneka pot di halaman. Pot yang kami maksud adalah kaleng bekas, potongan pipa paralon, ember plastik dan lain-lain. Kayu dan papan bekas juga kami buat pot. Banyak manfaat yang bisa diambil dari kegiatan bercocok tanam ini.
Pertama, bisa mengurangi pengeluaran uang belanja. Kedua, mempererat silaturrahim. Hasil kebun bisa dibagikan ke tetangga. Apalagi di tempat tinggal kami lingkungannya heterogen, multi etnis dan multi agama. Pemberian hasil kebun ini bisa memunculkan hubungan baik dengan umat lain. Sabda Rasulullah: hadiah itu mengeratkan silaturrahim. Ketiga, memberi pengetahuan pada anak-anak tentang buah dan sayur. Anak-anak selama ini hanya tahu buahnya saja, tidak tahu pohonnya seperti apa. Juga menanamkan kecintaan pada lingkungan dengan mengajaknya terlibat merawat tanaman. Point terpenting bagi saya adalah mengajari mereka bersabar dan memahami sebuah proses. Mulai benih disemai hingga buah dipetik adalah sebuah proses, dan untuk semua itu butuh waktu. Keempat, menciptakan lingkungan yang sehat. Tanaman-tanaman ini bisa mengurangi polusi dan menambah hijau lingkungan sekitar. Makin banyak tanaman, makin banyak oksigen yang tersedia sehingga udara makin segar. Bercocok tanam adalah salah satu jawaban akan dampak pemanasan global.
Kegiatan bercocok tanam makin relevan bila dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang dirasa makin berat bagi sebagian besar rakyat Indonesia akibat kenaikan BBM pada 24 Mei lalu. Kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) adalah masalah bagi kita. Tiap masalah memerlukan solusi. Solusi nyata adalah dengan berbuat nyata. It’s better light a candle than condemn the dark. Daripada hanya mengutuk pemerintah dan berkeluh kesah menghadapi kenaikan harga-harga, lebih baik berbuat nyata. Ayo menanam!
Denpasar, 24 Juni 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar