Minggu, 20 Juni 2010

SAAT ANAKKU TERLELAP

Beragam perasaan muncul saat memandangi wajah putri kami yang sedang terlelap. Hal ini sering saya lakukan saat dia baru tertidur di pangkuan sehabis minum ASI. Rasa syukur tak terkira kepada Sang Khalik atas karunia yang begitu besar. Kehadirannya begitu kami rindukan, setelah tiga tahun lebih usia pernikahan kami, akhirnya bayi mungil ini hadir juga.
Saat menatapnya secara otomatis doa dan harapan saya ucapkan untuk putri kami. Pada detik yang sama, saya juga langsung teringat pada almarhumah ibu saya, kemungkinan besar beliau juga melakukan hal yang sama saat saya masih bayi dulu. Doanya sama seperti doa saya untuk putri kami, demikian juga harapan-harapannya. Betapa kecewanya ibu bila saya tumbuh tidak sesuai harapannya. Misalnya bertindak semaunya di luar koridor agama. Alhamdulilah, ibu dengan ketat menanamkan nilai-nilai Islam sejak kami masih dalam kandungan hingga kami dewasa. Hal ini juga yang ingin saya tanamkan pada putra putri kami. Sebaliknya, alangkah bahagia ibu bila saya tumbuh sesuai dengan harapannya. Sekarang saya baru merasakan perjuangan dan pengorbanan ibu saat mengandung, melahirkan dan membesarkan saya. Sungguh, sulit dinalar bila ada anak yang tega menyia-nyiakan, membentak bahkan membunuh ibunya sendiri. Juga tidak sedikit anak yang lebih memilih pacarnya dan meninggalkan ibunya bila sang ibu tidak sependapat dengan sang anak tentang pilihan calon istri atau suami anaknya. Naudzubillah mindzalik. Dalam sebuah hadist jelas bahwa ridho Alloh ada pada ridho orang tua. Doa pun mengalir untuk almarhumah ibu saya, semoga Allloh SWT mengampuni dosa-dosanya dan memberi tempat yang mulia di alam keabadian.
Saat menatap wajah mungil nan tenang ini, betapa Alloh SWT menciptakan manusia begitu sempurna. Mata, mulut, dan telinga dibuat begitu pas baik letak, jumlah dan fungsinya. Demikian juga dahi, alis, bulu mata, hidung dan pipi. Bukan tanpa alasan Alloh SWT menciptakan semua ini. Saya mencoba menafsirkan maksud Alloh menciptakan manusia dengan dua telinga, dua mata dan satu mulut. Kita diberi dua telinga di kiri dan kanan, dan satu mulut di antara kedua telinga. Agar kita lebih banyak mendengar dari pada berbicara. Bila datang suatu masalah kita juga harus mendengar secara adil dari kedua belah pihak, baru berbicara. Letak telinga di atas mulut, ini juga bukan tanpa alasan, alangkah baiknya kalau kita lebih dulu mendengar daripada buru-buru berkomentar atas suatu masalah yang belum diketahui secara benar duduk permasalahannya. Demikian juga letak dan jumlah mata kita. Alloh SWT menuntun agar kita lebih banyak melihat daripada berbicara. Sebaiknya lebih dulu melihat segala sesuatunya secara adil baru berbicara. Itulah mengapa mata ada di atas mulut. Sungguh, Alloh tidak menciptakan sesuatu pun yang sia-sia. Dan tak ada ciptaan-Nya yang dibuat tanpa alasan.
Bila kita mampu menggunakan mata, telinga dan mulut secara benar insaalloh pasti kita menjadi manusia yang arif, bijaksana dan mulia dunia akhirat.

Wininatin Khamimah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar